SEMOGA INFO YANG DIBERIKAN BISA BERMANFAAT BAGI PEMBACA MAUPUN PENULIS

SEMOGA INFO YANG DIBERIKAN BISA BERMANFAAT

Selamat berkujung ., ., .,^^ .,

Senin, 03 Juni 2013

Kabupaten Wakatobi

Gambaran Umum

Kabupaten Wakatobi berada dalam gugusan pulau-pulau di bagian tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di sebelah tenggara Pulau Buton. Wilayahnya berada pada posisi yang sangat strategis karena perairan lautnya dilalui oleh jalur pelayaran kawasan timur dan barat Indonesia, berada pada kawasan yang sangat potensial yakni diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memiliki potensi sumberdaya keragaman hayati kelautan dan perikanan cukup besar, serta berada pada Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center) yang meliputi 6 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Philipines, Papua New Guine, Solomon Island, dan Timor Leste. Daerahnya merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39 pulau, terdiri atas 4 pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko (WAKATOBI) dan 35 pulau-pulau kecil. Keempat pulau tersebut mudah terjangkau baik dalam region Provinsi Sulawesi Tenggara, regional kawasan timur Indonesia, nasional maupun internasional.

Perikanan dan Kelautan

Kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Wakatobi yang berpeluang untuk dikembangkan adalah budidaya keramba dan tambak. Peluang tersebut didukung oleh ketersediaan lahan yang tersebar di seluruh kecamatan. Oleh karena itu, dalam rentang lima tahun (2012-2016), pengembangan budidaya perikanan menjadi program prioritas pemerintah daerah. Secara umum, potensi kawasan pengembangan budidaya perikanan berada di sepanjang area pantai pesisir pulau yang meliputi Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Togo Binongko, Tomia dan Tomia Timur.

Komoditas budidaya perikanan unggulan Kabupaten Wakatobi salah satunya adalah rumput laut. Produksi rumput laut dengan luasan area lahan terbesar terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Selain rumput laut, pilot project Program Bajo berupa Rumah Budidaya yang dikembangkan oleh COREMAP II di Desa Mola Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Samabahari Kecamatan Kaledupa, dan Lamanggau Kecamatan Tomia, telah berhasil dalam budidaya ikan kerapu, bobara, dan jenis ikan lainnya.

Untuk usaha pengembangan perikanan tangkap di laut, luas wilayah perairan laut Kabupaten Wakatobi mencapai sekitar 18.377 Km2. Jenis/species ikan yang terdapat di perairan lautnya tidak kurang dari 942 jenis ikan. Namun potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan teknologi alat tangkap maupun perahu yang digunakan oleh para nelayan lokal. Pada tahun 2010, produksi perikanan tangkap di laut terdiri dari rumput laut (14.849,8 ton), ikan pelagis (2.270,8 ton), ikan dasar (1.465,9 ton), ikan sunu (91,3 ton), teripang (49,6 ton) dan gurita (54,9 ton).

Pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan sebagai leading sector daerah, akan didukung dengan pengembangan infrastruktur perikanan, diantaranya ialah Tempat Pendaratan Ikan (TPI), Pelabuhan Perikanan Nusantara, Cold Storage, dan Kampung Nelayan. TPI direncanakan di Kecamatan Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Pelabuhan Perikanan Nusantara direncanakan di Pulau Binongko, sedangkan Cold Storage direncanakan berada di setiap kecamatan. Disamping itu, juga direncanakan pembangunan/rehabilitasi pemukiman nelayan pada setiap pulau.

Pengembangan perikanan kedepan juga diarahkan pada dukungan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung seperti dermaga, pabrik es, tempat pelelangan ikan, balai benih, pusat BBM, bank/koperasi serta sarana dan prasarana lainnya. Pembangunan industri pengolahan hasil perikanan seperti industri pengolahan rumput laut di Kaledupa Selatan dan industri tepung ikan atau pengalengan merupakan bagian dari perencanaan pengembangan perikanan. Sentra perikanan layak dikembangkan di Pulau Kaledupa (khususnya di Kecamatan Kaledupa Selatan) dan di Pulau Binongko.

Potensi Terumbu Karang

Kabupaten Wakatobi yang terletak di pusat segitiga karang dunia (World Coral Triangle Center) memiliki jenis/species terumbu karang terbanyak di dunia yaitu mencapai 750 species dari total 850 species yang ada di dunia atau mencapai 88%. Data tersebut mengindikasikan bahwa Kepulauan/Kabupaten Wakatobi adalah tempat terbaik dunia bagi tujuan wisata menyelam (diving). Berdasarkan data BTNW-TNC/WWF Tahun 2006, terdapat 11 sumber daya penting yang perlu dikelola sebagai modal pembangunan daerah, yakni: (1) Terumbu Karang Cincin (atoll reef), (2) Terumbu Karang Tepi (fringing reef), (3) Terumbu Karang Penghalang (barrier reef), (4) Gosong Karang (patch reef), (5) Bakau (mangrove), (6) Daerah pemijahan ikan (SPAGs), (7) Padang Lamun (Seagrass), (8) Daerah upwelling, (9) Tempat bertelur burung pantai, (10) Daerah terlihatnya paus dan lumba-lumba (cetacean), dan (11) Pantai Peneluran Penyu. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa terumbu karang menjadi bagian dari 11 sumber daya penting yang ada di Kabupaten Wakatobi (yaitu berjumlah 4 sumber daya yang merupakan bagian dari terumbu karang).

Demografi

Jumlah penduduk menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 87.793 jiwa yang terdiri dari laki-laki 42.620 jiwa dan perempuan 45.173 jiwa. Tiga tahun kemudian tahun 2003 diadakan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan yang disingkat P4B secara sensus, dengan hasil jumlah penduduk sebanyak 91.497 jiwa atau selama tiga tahun naik sejumlah 3.704 jiwa atau sekitar 1,41 persen per tahun. Jumlah penduduk berada di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, 23,37 % berada di Kecamatan Wangi-Wangi, 19,05 % berada di Kecamatan Kaledupa, 17,86 % berada di Kecamatan Tomia dan 15,01 berada di Kecamatan Binongko.

Jumlah penduduk bila dibandingkan dengan luas wilayah, maka kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kaledupa 166 jiwa/Km², menyusul Kecamatan Tomia 141 jiwa/Km², kemudian Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 109 jiwa/Km².Keadaan struktur penduduk pada tahun 2003, 34,55 % atau 31.610 jiwa adalah tergolong usia muda yang berusia 15 tahun kebawah,Rasio jenis kelamin di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2003 sebesar 96,12.
Terdapat 8 suku bangsa yang mendiami daerah Kabupaten Wakatobi, dengan data tahun 2000 sebanyak 87.793, suku bangsa yang terbanyak adalah Wakatobi 91,33 %, Bajau 7,92 %, dan suku lainnya jumlahnya dibawah 1 %.Potensi Dari seluruh lahan yang ada di Kabupaten Wakatobi, 37% digunakan untuk usaha pertanian yaitu untuk tegal/kebun, ladang/huma, tambak, kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan/hutan rakyat, dan perkebunan rakyat. Tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Wakatobi terdiri dari padi ladang, Jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Dari lima jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Wakatobi, tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang paling tinggi produksinya. Untuk Produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten ini terdiri dari alpokat, belimbing, duku/langsat, jambu biji, Jambu Air, Jeruk, Mangga, Nangka/Cempedak, Nenas, Pepaya, Pisang, Sirsak dan Sukun. Kabupaten ini juga banyak menghasilkan produk sayur-sayuran seperti terdiri dari bawang merah, kacang merah, kacang panjang, cabe/lombok, tomat, terung, ketimun, labu, kangkung, bayam dan semangka.
Di sektor perkebunan, komoditas unggulan dari kabupaten ini terdiri dari 12 jenis yaitu Aren/Enau, Asam Jawa, Cengkeh, Jambu Mete, Coklat/Kakao, Kapuk, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kemiri, Kopi, Lada dan Pala.

Sektor lain yang sudah lama menjadi urat nadi kegiatan ekonomi Wakatobi adalah perikanan. Di perairan wilayah ini hidup berbagai jenis ikan karang seperti botana, bendera, beberapa ikan hias, dan napoleon. Selain itu terdapat beberapa ikan ekonomis seperti cakalang, kerapu, sunu, cucut, tuna, dan kakap.
kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional yang dijadikan tempat peneliti untuk meneliti terumbu karang. Salah satunya adalah Yayasan Pengembangan Wallacea lewat Operasi Wallacea. Wakatobi memang mempunyai data tarik tersendiri. Kepulauan yang juga dikenal dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi ini mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba, dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami. Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam. Berdasarkan  kajian  ekologi The  Nature  Conservation  (TNC)  dan  WWF Indonesia  Marine  Program  (2003),  perairan Wakatobi  ditemukan  590  jenis  ikan  termasuk jenis  ikan  kerapu  (Serranidae)  didapatkan  di perairan  karang penghalang  (barrier  reef)  di sebelah  Barat  Kepulauan  Wakatobi. Beberapa kawasan  terumbu  karang  di  perairan  tersebut adalah  Karang  Tomia,  Karang  Kaledupa  dan Karang Kapota.
Berdasarkan  UU  No.  23  tahun  2003  Kabupaten  Wakatobi  telah  menjadi  daerah otonom  baru  dengan  kewenangan  dan  potensi  pembangunan  yang  besar khususnya  di  bidang  kelautan.  Secara  geografis,  sebelum  menjadi  daerah  otonom melalui  SK  Menhut  No.  393/KPTS-VI/1996  Kabupaten    Wakatobi  telah  ditetapkan sebagai  kawasan  Taman  Nasional  Laut  Wakatobi  dan  merupakan  pusat keanekaragaman hayati dunia dengan potensi perikanan dan terumbu karang yang melimpah.  Dengan  luas  areal  perairan  laut  yang  signifikan.  Melalui  visi pembangunan  “Terciptanya  Surga  Nyata  Bawah  Laut  di  Pusat  Segitiga  Karang Dunia”  maka  Kabupaten  Wakatobi  secara  sungguh-sungguh  akan  menempatkansektor  kelautan  dan  perikanan  sebagai  sektor  unggulan  yang  dapat  menjadi penopang  perekonomian  daerah. Letak Geografis Kabupaten  Wakatobi  terletak  di  kepulauan  Jazirah  Tenggara  Pulau  Sulawesi  dan bila  ditinjau  dari  peta  Propinsi  Sulawesi  Tenggara  secara  geografis  terletak  di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 5.000 – 6.250 LS  (sepanjang  ±  160  km)  dan  membentang  dari  barat  ke  timur  di  antara 123.340 –  124.640 BT  (sepanjang  ±  120  km).  Adapun  batas-batas  geografis Kabupaten Wakatobi secara lengkap adalah sebagai berikut : 
•  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara
•  Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
•  Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores, dan 
•  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Buton
               
      Produksi Hasil Laut Menurut Jenisnya Per Kecamatan 2008 (ton) kabupaten wakatobi

Luas Wilayah

Kabupaten  Wakatobi  merupakan  daerah  hasil  pemekaran  dari  Kabupaten  Buton yang ditetapkan menjadi kabupaten otonom melalui UU No. 29 Tahun 2003 dengan ibukota  di  Kecamatan  Wangi-Wangi.  Pada  waktu  masih  bergabung  dengan Kabupaten Buton, wilayah ini ditetapkan sebagai Kawasan Taman Nasional melalui Surat Menteri Kehutanan Nomor 393/KPTS-VI/1996 dengan nama Taman Nasional Wakatobi  (TNW).  Seiring  dengan  tuntutan  pelayanana  publik,  kepulauan  ini kemudian  menjadi  daerah  otonom  dengan  nama  Kabupaten  Wakatobi  yang  luas wilayahnya  ±  55.954  km²  (UU.  No.  29  Tahun  2003).  Nama  Kabupaten  Wakatobi sendiri diambil dari gabungan nama keempat pulau utama kepulauan tersebut yakni Pulau  Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko.  Kabupaten Wakatobi merupakan kabupaten kepulauan yang mana seluruh wilayah daratannya  merupakan  pulau-pulau  kecil  yang  terdiri  dari  48  buah  pulau  kecil dengan  luas  daratannya  adalah  ±  823  km²,  atau  hanya  sekitar  4,5  %  dari  total wilayah  Kabupaten  Wakatobi  secara  keseluruhan.  Sisanya  merupakan  wilayah perairan laut yang luasnya mencapai ± 18.337 km².

Kondisi Topografis

Adapun  asal  muasal  terbentuknya  pulau-pulau  yang  ada  di  Kepulauan  Wakatobi adalah  terbentuk  oleh  terumbu  karang  yang  terangkat  ke  atas  permukaan  laut karena  adanya  gerakan  ke  atas  (uplift)  dan  gerakan  ke  bawah  (subsidence)  dari dasar  laut  akibat  proses  geologi  (Anonim,  2007).  Oleh karena  itu mudah  dipahami kenapa kondisi bentang alam daratan di Kabupaten Wakatobi bervariasi mulai dari dataran,  bergelombang  sampai  wilayah  perbukitan  yang  mana  morfologi  ini  dapat pula  kita  saksikan  pada  terumbu  karang  yang  masih  berada  di bawah  permukaan laut.  Asal  muasal  pulau-pulau  di  Kabupaten  Wakatobi  juga  dapat  ditelusuri  pada jenis  tanah  yang  ada  di  kepulauan  ini.  Jenis  tanah  yang  ada  di  kepulauan  ini terbatas pada tanah yang berasal dari batuan kapur, pasir putih dan tanah lempung. Oleh  karena  itu  tanah  di  kepulauan  ini  kurang  begitu  subur  untuk  bercocok  tanam berbagai  jenis  tanaman.  Namun  begitu,  masih  ada  jenis  tanaman  yang dibudidayakan  oleh  masyarakat  setempat  seperti  kelapa,  asam,  jambu  mente, ketela  pohon/singkong  dan  jagung  (Hidayat  dkk,  2007).  Bahkan  ketela  pohon  dan jagung  merupakan  tanaman  yang  menjadi  bahan  makanan  pokok  penduduk  di kepulauan ini.  Adapun bentuk permukaan dasar perairan di Kepulauan Wakatobi sungguh sangat bervariasi.  Pada  beberapa  wilayah,  terdapat  beberapa  mikro  atol  dengan konfigurasi  terumbu  karang  pada  umumnya  datar  dan  kadang-kadang  muncul  di permukaan  dengan  beberapa  daerah  mempunyai  tubir-tubir  karang  yang curam/terjal  (drop  off).  Adapun  kedalaman perairannya  bervariasi  dengan  bagian yang  terdalam  (1.004  m)  berada  di  sebelah  barat  dan  timur  Pulau  Kaledupa. Sementara  itu  dasar  perairan  umumnya  adalah  berpasir,  lumpur  dan  berkarang (Anonim, 2007). Rata-rata SPL pada musim barat di perairan Kabupaten Wakatobi 27,5⁰C dengan konsentrasi klorofil-a 1,35 mg/m3 . Rata-rata SPL pada musim peralihan barat- timur 26,7⁰C dengan konsentrasi klorofil 0,78 mg/m3. Pada musim timur rata-rata SPL 26,03⁰C dengan konsentrasi klorofil-a 1,64 mg/m3 . musim peralihan timur-barat rata-rata SPL 27,6 ⁰C dengan konsentrasi klorofil-a berkisar 1,68 mg/m3.

Sumberdaya Laut (Perikanan dan Kelautan)

Berdasarkan  data  yang  bersumber  dari  BPS  Kabupaten  Wakatobi  (2009) menunjukan  bahwa  produksi  hasil  laut  menurut  jenisnya  per  kecamatan  belum menunjukan  rincian  yang  jelas  terhadap  komoditi  setiap  jenisnya. Kecamatan  Binongko  memberikan  kontribusi  besar  terhadap  produksi  perikanan laut di Kabupaten Wakatobi yang mencapai 983,2 ton kemudian Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 631,9 ton pada tahun 2008. Secara keseluruhan produksi perikanan laut  Kabupaten  Wakatobi  di  tahun  2008  mencapai  3.985,7  ton.  Kondisi  ini memperlihatkan  penurunan  yang  cukup  signifikan  dengan  produksi  di  tahun  2007 yang mencapai 14.849,77 ton. Namun jelas produksi di tahun 2008 tersebut belum ada data yang tersedia khusus untuk perikanan budidaya.

                          Produksi Hasil Laut Menurut Jenisnya Setiap Bulan 2007


                         Produksi Hasil Laut Menurut Jenisnya Per Kecamatan, 2007 (Ton)
                      
                         Produksi Hasil Laut di Kabupaten Wakatobi Tahun 2005 Produksi (kg)

                                Ditribusi Penduduk Sampel menurut Jenis Pekerjaan Utama Tahun 2008 (T1) dan Tahun 2009 (T2)
                                
                          Jumlah Alat Penangkap Ikan Menurut Jenisnya Per Kecamatan 2005 dan 2008 (Unit)
Pada saat ini, zonasi Taman Nasional Kepulauan Wakatobi terbagi menjadi 5 zona, yaitu :
•    Zona Inti : Pulau Aname, Pulau Kantole, Pulau Runduma, Pulau Cowo-cowo dan Pulau Moromaho.
•    Zona Pelindung : Pulau Ndaa, Karang Koromaho, Karang Koko.
•    Zona Pemanfaatan : Pulau Hoga, Pulau Tomia, Pulau Tolandono, Pulau Tokobao dan Pulau Lintea.
•    Zona Pemanfaatan Tradisional : Pulau Kambodi, Pulau Timau, Pulau Kompo Nuone, Pulau Kaledupa,     Pulau Binongko dan Pulau Wangi-wangi.
•    Zona Rehabilitasi : Karang Kaledupa dan Karang Kapota.

Sumber:
*Alamsyah, ahmad saiful,  La Sara,  dan Ahmad Mustafa. 2013. Studi Biologi Reproduksi Ikan Kerapu Sunu  (Plectropomus areolatus) Pada Musim Tangkap . Vol. 01 No. 01 (73 – 83).
*Kesehatan Karang 2009 - Bme Ekologi Di Kab. Wakatobi. Http//Www.Sipt\Coremap.Com
 Tangka, ana.2009. Kabupaten. Http//www.SIPT\KABUPATEN WAKATOBI wakatobi my country.com
*Laporan akhir Pemantauan Kondisi Sosial Ekonomi. Unit Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang  Pmu - Coremap II Kabupaten Wakatobi Tahun 2009. Pelaksana Teknis Cv.Mart Consultant
*Tadjuddah Nuslim. 2005. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang ( Ktsuwonus pelamis) dan *Madidihang (Thunus albacares) dengan Menggunakan Data Satelit di Perairan Kabupaten Wakatobu Sulawesi Tenggara
*Kesehatan Karang 2009 - Bme Ekologi Di Kab. Wakatobi. Http//Www.Sipt\Coremap.Com Tangka, ana.2009. Kabupaten. Http//www.SIPT\KABUPATEN WAKATOBI wakatobi my country.com

Kamis, 23 Mei 2013

Kolaka Utara


Letak Geografis
 

Kabupaten Kolaka Utara memiliki luas wilayah daratan sebesar 3.391 km2 dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas ± 5.000 km2, dengan jumlah  penduduk  sebesar 113.317 jiwa. Berdasarkan kondisi iklim, Kabupaten Kolaka Utara mempunyai ketinggian umumnya kurang dari 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis. Suhu udara minimum sekitar10°C dan maksimum 31°C atau rata-rata antara 24°C - 28°C. Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani dan nelayan, namun demikian perairan laut seluas ± 5.000 belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan usaha perikanan. Kabupaten Kolaka Utara memanjang dari utara ke selatan berada diantara 2046'45" – 3050'5" Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 120041'16" – 121026'31" Bujur timur. Batas daerah Kabupaten Kolaka Utara adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara    :Kabupaten Luwu Timur
Sebelah Timur   :Kecamatan Uluwoi dan Kabupaten Konawe Utara
Barat                 :Pantai Timur Teluk Bone.
Selatan              :Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Utara

Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap telah memberikan konstribusi yang sangat nyata dalam pengembangan dan pembangunan Kolaka Utara, dimana berdasarkan produksi perikanan tangkap sebesar 6.138,00 ton atau sebesar 0,1% dari total produksi perikanan Indonesia yang mencapai 4.629.209 ton (DKP Kolaka Utara, 2003).  Jenis industri pengolahan ikan yang ada yaitu pengolahan ikan air tawar dan ikan air laut. Pengolahan hasil ikan air tawar terdapat di Kecamatan Ranteangin, Pakue Utara dan Pakue Barat, sedangkan pengolahan ikan laut lebih tersebar di Kecamatan Ranteangin, Lasusua, Kodeoha, Watunohu dan Pakue Utara.
Adapun alat tangkap yang umumnya di gunakan masyarakat nelayan Kolaka utara adalah alat tangkap Gillnet (jaring insang tetap) atau dikenal dengan sebutan pukat. Keberhasilan pengoperasian jaring insang tetap adalah mengetahui arah gerak renang ikan, karena alat tangkap ini bersifat pasif.   Sifat pasif dari alat tangkap ini menyebabkan perlu diketahui lokasi yang memiliki ketersediaan ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan, dimana ketersediaan ikan pada suatu areal perairan ditentukan oleh keadaan lingkungan.  Kondisi perairan menjadi penting untuk diketahui sejauhmana pengaruh perubahan kondisi oseanografi di lokasi penangkapan jaring insang tetap pada perairan Kolaka Utara. Diketahuinya pengaruh kondisi oseanografi terhadap ketersediaan ikan akan membantu untuk mengoptimalkan pengoperasian alat tangkap, khususnya jaring insang tetap.

Pada tahun 2005 produksi ikan tercatat sebesar 6.938,2 ton terdiri dari produksi ikan laut 5.737,0 ton dan produksi ikan darat 1.201,2 ton dengan produksi ikan tertinggi berada di Kecamatan Pakue sebesar 2.361,3 ton.

Kegiatan Perikanan meliputi bidang pengkapan, bidang budidaya perairan, bidang pengolahan dan pemasaran hasil Perikanan. Bidang kelautan dan perikanan sangatlah potensial dalam pengembangan Pembangunan Kabupaten Kolaka Utara karena memiliki areal perairan laut yang cukup luas, dan hamper seluruh wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Kolaka Utara ini merupakan daerah perikanan, dari 15 Kecamatan yang ada 14 daerah kecamatan yang masuk wilayah perikanan laut dan perikanan darat yakni:

     1.     Kecamatan Wawo
     2.     Kecamatan Rante Angin
     3.     Kecamatan Lambai
     4.     Kecamatan Lasusua
     5.     Kecamatan Katoi
     6.     Kecamatan Kodeoha
     7.     Kacamatan Tiwu
     8.     Kecamatan Watunohu
     9.     Kecamatan Pakue
    10.   Kecamatan Pakue Tengah
    11.   Kecamatan Pakue Utara
    12.   Kecamatan Batu Putih
    13.   Kecamatan Purehu
    14.   Kecamatan Tolala





Kabupaten Konawe



  •  KABUPATEN KONAWE

Kabupaten Konawe secara geografis terletak pada 02°45 04°30 Lintang Selatan dan 121°15 123°15 Bujur Timur , dengan batas wilayahnya :

" Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka
" Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara
" Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah
" Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Selatan

Kabupaten Konawe yang beribukota di Unaaha memiliki luas 679,245 Km2 atau 17,81%, yang terbagi dalam 306 Desa, 54 Kelurahan dan 30 Kecamatan, diantaranya Kecamatan Wawonii Selatan, Kecamatan Wawonii Barat, Wawonii Tengah, Wawonii Timur, Wawonii Utara, Kecamatan Soropia, Kecamatan Sampara, Kecamatan Bondoala, Kecamatan Besulutu, Kecamatan Kapoiala, Kecamatan Lambuya, Kecamatan Uepai, Kecamatan Puriala, Kecamatan Pondidaha, Kecamatan Wonggeduku, Kecamatan Amonggedo, Kecamatan Wawotobi, Kecamatan Meluhu, Kecamatan Konawe, Kecamatan Unaaha, Kecamatan Anggaberi, Kecamatan Abuki, Kecamatan Latoma, Kecamatan Tongauna, Kecamatan Asinua, dan Kecamatan Routa. Kecamatan Wawonii Tenggara merupakan Luas Kecamatan terkecil yaitu dengan Luas 9.103 Ha atau 1,34%, sedangkan kecamatan dengan luas terbesar adalah Kecamatan Latoma dengan luas 58.354 Ha atau 8,59%.


Hasil sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk sebanyak 235.925 jiwa atau diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 53,5 ribu jiwa selama periode 1990-2000. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2005, penduduk di wilayah ini berjumlah 263.189 jiwa. Berdasarkan data tersebut, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Konawe sebesar 2,67 persen per tahun atau sedikit lebih rendah dari pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa 1980-1990 sekitar 4,37 persen, juga lebih rendah dibanding penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu yang sama besar 2,86 persen.


POTENSI PERIKANAN KABUPATEN KONAWE 
Produksi perikanan selama tahun 2005 sebesar 20.994 ton dengan nilai 165.292,05 juta rupiah terdiri atas hasil budidaya 1474,2 ton dengan nilai 31.707,05 juta rupiah serta hasil penagkapan di laut dan perairan umum sebanyak 19.519,8 ton dengan nilai 133.585 juta rupiah, dibandingkan dengan tahun 2003 yang berjumlah 20.286 ton dengan nilai 170.183 juta rupiah, terdiri atas hasil budidaya 1.387 ton dengan nilai 39.944 juta rupiah serta hasil pengkapan di laut dan perairan umum sebayak 18.899 ton dengan nilai 129.339 juta rupiah.

SUMBERDAYA PERIKANAN KABUPATEN KONAWE
Kabupaten Konawe Selatan memiliki wilayah yang sebagian besarnya merupakan wilayah pesisir yang memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup potensial untuk dikelola dan dikembangkan.  Namun pengelolaan dan pemanfaatan perairan laut Kabupaten Konawe selatan saat ini masih marak dengan kegiatan Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing sehingga sektor perikanan saat ini belum memberikan kontribusi optimal bagi pembangunan daerah. Kegiatan IUU Fishing yang terjadi umumnya berupa kegiatan penangkapan/pengangkutan ikan tanpa SIUP/SIPI/SIKPI, Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, dan racun sianida yang menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungannya.

Memperhatikan kebijakan pemerintah bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan diarahkan pada kegiatan penangkapan ikan maupun pengumpulan/pengangkutan ikan yang bertanggung jawab, terkendali dan berkelanjutan, maka Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara melaksanakan operasi pengawasan reguler  pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara bersama-sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Konawe Selatan, Satuan Kerja PSDKP Kendari dan Direktorat POLAIR Kendari.

Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan di Perairan Konawe, Konawe Utara, dan Konawe Selatan dan sekitarnya, umumnya dilakukan melalui kegiatan penangkapan dan pengangkutan ikan yang dalam pelaksanaannya kadang kala melanggar ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut dapat berupa penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang dilarang seperti pembiusan ikan serta penangkapan ikan tanpa izin yang dampaknya dapat mengakibatkan kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungannya. Selain di bidang penangkapan dan pengangkutan ikan di Perairan Konawe, Konawe Utara, dan Konawe Selatan terdapat Unit budidaya mutiara tepatnya di Perairan Labengki, Per. Wawosunggu sedangkan sepanjang pesisir perairan juga terdapat sebaran mangrove.

KAPAL DI KABUPATEN KONAWE
Jumlah armada perahu/kapal yang digunakan untuk penangkapan ikan tahun 2005 tercatat sebanyak 3.960 unit. Sebagian besar berupa perahu tidak bermotor, yaitu 80,37 persen atau 3.197 unit, motor tempel sebesar 15,86 persen (628 unit) dan kapal motor sebesar 3,31 persen atau 131 unit.

SUMBER :