Gambaran Umum
Kabupaten Wakatobi berada dalam gugusan pulau-pulau di bagian tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di sebelah tenggara Pulau Buton. Wilayahnya berada pada posisi yang sangat strategis karena perairan lautnya dilalui oleh jalur pelayaran kawasan timur dan barat Indonesia, berada pada kawasan yang sangat potensial yakni diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memiliki potensi sumberdaya keragaman hayati kelautan dan perikanan cukup besar, serta berada pada Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center) yang meliputi 6 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Philipines, Papua New Guine, Solomon Island, dan Timor Leste. Daerahnya merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39 pulau, terdiri atas 4 pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko (WAKATOBI) dan 35 pulau-pulau kecil. Keempat pulau tersebut mudah terjangkau baik dalam region Provinsi Sulawesi Tenggara, regional kawasan timur Indonesia, nasional maupun internasional.
Perikanan dan Kelautan
Kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Wakatobi yang berpeluang untuk dikembangkan adalah budidaya keramba dan tambak. Peluang tersebut didukung oleh ketersediaan lahan yang tersebar di seluruh kecamatan. Oleh karena itu, dalam rentang lima tahun (2012-2016), pengembangan budidaya perikanan menjadi program prioritas pemerintah daerah. Secara umum, potensi kawasan pengembangan budidaya perikanan berada di sepanjang area pantai pesisir pulau yang meliputi Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Togo Binongko, Tomia dan Tomia Timur.
Komoditas budidaya perikanan unggulan Kabupaten Wakatobi salah satunya adalah rumput laut. Produksi rumput laut dengan luasan area lahan terbesar terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Selain rumput laut, pilot project Program Bajo berupa Rumah Budidaya yang dikembangkan oleh COREMAP II di Desa Mola Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Samabahari Kecamatan Kaledupa, dan Lamanggau Kecamatan Tomia, telah berhasil dalam budidaya ikan kerapu, bobara, dan jenis ikan lainnya.
Untuk usaha pengembangan perikanan tangkap di laut, luas wilayah perairan laut Kabupaten Wakatobi mencapai sekitar 18.377 Km2. Jenis/species ikan yang terdapat di perairan lautnya tidak kurang dari 942 jenis ikan. Namun potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan teknologi alat tangkap maupun perahu yang digunakan oleh para nelayan lokal. Pada tahun 2010, produksi perikanan tangkap di laut terdiri dari rumput laut (14.849,8 ton), ikan pelagis (2.270,8 ton), ikan dasar (1.465,9 ton), ikan sunu (91,3 ton), teripang (49,6 ton) dan gurita (54,9 ton).
Pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan sebagai leading sector daerah, akan didukung dengan pengembangan infrastruktur perikanan, diantaranya ialah Tempat Pendaratan Ikan (TPI), Pelabuhan Perikanan Nusantara, Cold Storage, dan Kampung Nelayan. TPI direncanakan di Kecamatan Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Pelabuhan Perikanan Nusantara direncanakan di Pulau Binongko, sedangkan Cold Storage direncanakan berada di setiap kecamatan. Disamping itu, juga direncanakan pembangunan/rehabilitasi pemukiman nelayan pada setiap pulau.
Pengembangan perikanan kedepan juga diarahkan pada dukungan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung seperti dermaga, pabrik es, tempat pelelangan ikan, balai benih, pusat BBM, bank/koperasi serta sarana dan prasarana lainnya. Pembangunan industri pengolahan hasil perikanan seperti industri pengolahan rumput laut di Kaledupa Selatan dan industri tepung ikan atau pengalengan merupakan bagian dari perencanaan pengembangan perikanan. Sentra perikanan layak dikembangkan di Pulau Kaledupa (khususnya di Kecamatan Kaledupa Selatan) dan di Pulau Binongko.
Potensi Terumbu Karang
Kabupaten Wakatobi yang terletak di pusat segitiga karang dunia (World Coral Triangle Center) memiliki jenis/species terumbu karang terbanyak di dunia yaitu mencapai 750 species dari total 850 species yang ada di dunia atau mencapai 88%. Data tersebut mengindikasikan bahwa Kepulauan/Kabupaten Wakatobi adalah tempat terbaik dunia bagi tujuan wisata menyelam (diving). Berdasarkan data BTNW-TNC/WWF Tahun 2006, terdapat 11 sumber daya penting yang perlu dikelola sebagai modal pembangunan daerah, yakni: (1) Terumbu Karang Cincin (atoll reef), (2) Terumbu Karang Tepi (fringing reef), (3) Terumbu Karang Penghalang (barrier reef), (4) Gosong Karang (patch reef), (5) Bakau (mangrove), (6) Daerah pemijahan ikan (SPAGs), (7) Padang Lamun (Seagrass), (8) Daerah upwelling, (9) Tempat bertelur burung pantai, (10) Daerah terlihatnya paus dan lumba-lumba (cetacean), dan (11) Pantai Peneluran Penyu. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa terumbu karang menjadi bagian dari 11 sumber daya penting yang ada di Kabupaten Wakatobi (yaitu berjumlah 4 sumber daya yang merupakan bagian dari terumbu karang).
Demografi
Kabupaten Wakatobi berada dalam gugusan pulau-pulau di bagian tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di sebelah tenggara Pulau Buton. Wilayahnya berada pada posisi yang sangat strategis karena perairan lautnya dilalui oleh jalur pelayaran kawasan timur dan barat Indonesia, berada pada kawasan yang sangat potensial yakni diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memiliki potensi sumberdaya keragaman hayati kelautan dan perikanan cukup besar, serta berada pada Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center) yang meliputi 6 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Philipines, Papua New Guine, Solomon Island, dan Timor Leste. Daerahnya merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39 pulau, terdiri atas 4 pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko (WAKATOBI) dan 35 pulau-pulau kecil. Keempat pulau tersebut mudah terjangkau baik dalam region Provinsi Sulawesi Tenggara, regional kawasan timur Indonesia, nasional maupun internasional.
Perikanan dan Kelautan
Kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Wakatobi yang berpeluang untuk dikembangkan adalah budidaya keramba dan tambak. Peluang tersebut didukung oleh ketersediaan lahan yang tersebar di seluruh kecamatan. Oleh karena itu, dalam rentang lima tahun (2012-2016), pengembangan budidaya perikanan menjadi program prioritas pemerintah daerah. Secara umum, potensi kawasan pengembangan budidaya perikanan berada di sepanjang area pantai pesisir pulau yang meliputi Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Togo Binongko, Tomia dan Tomia Timur.
Komoditas budidaya perikanan unggulan Kabupaten Wakatobi salah satunya adalah rumput laut. Produksi rumput laut dengan luasan area lahan terbesar terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Selain rumput laut, pilot project Program Bajo berupa Rumah Budidaya yang dikembangkan oleh COREMAP II di Desa Mola Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Samabahari Kecamatan Kaledupa, dan Lamanggau Kecamatan Tomia, telah berhasil dalam budidaya ikan kerapu, bobara, dan jenis ikan lainnya.
Untuk usaha pengembangan perikanan tangkap di laut, luas wilayah perairan laut Kabupaten Wakatobi mencapai sekitar 18.377 Km2. Jenis/species ikan yang terdapat di perairan lautnya tidak kurang dari 942 jenis ikan. Namun potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan teknologi alat tangkap maupun perahu yang digunakan oleh para nelayan lokal. Pada tahun 2010, produksi perikanan tangkap di laut terdiri dari rumput laut (14.849,8 ton), ikan pelagis (2.270,8 ton), ikan dasar (1.465,9 ton), ikan sunu (91,3 ton), teripang (49,6 ton) dan gurita (54,9 ton).
Pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan sebagai leading sector daerah, akan didukung dengan pengembangan infrastruktur perikanan, diantaranya ialah Tempat Pendaratan Ikan (TPI), Pelabuhan Perikanan Nusantara, Cold Storage, dan Kampung Nelayan. TPI direncanakan di Kecamatan Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Pelabuhan Perikanan Nusantara direncanakan di Pulau Binongko, sedangkan Cold Storage direncanakan berada di setiap kecamatan. Disamping itu, juga direncanakan pembangunan/rehabilitasi pemukiman nelayan pada setiap pulau.
Pengembangan perikanan kedepan juga diarahkan pada dukungan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung seperti dermaga, pabrik es, tempat pelelangan ikan, balai benih, pusat BBM, bank/koperasi serta sarana dan prasarana lainnya. Pembangunan industri pengolahan hasil perikanan seperti industri pengolahan rumput laut di Kaledupa Selatan dan industri tepung ikan atau pengalengan merupakan bagian dari perencanaan pengembangan perikanan. Sentra perikanan layak dikembangkan di Pulau Kaledupa (khususnya di Kecamatan Kaledupa Selatan) dan di Pulau Binongko.
Potensi Terumbu Karang
Kabupaten Wakatobi yang terletak di pusat segitiga karang dunia (World Coral Triangle Center) memiliki jenis/species terumbu karang terbanyak di dunia yaitu mencapai 750 species dari total 850 species yang ada di dunia atau mencapai 88%. Data tersebut mengindikasikan bahwa Kepulauan/Kabupaten Wakatobi adalah tempat terbaik dunia bagi tujuan wisata menyelam (diving). Berdasarkan data BTNW-TNC/WWF Tahun 2006, terdapat 11 sumber daya penting yang perlu dikelola sebagai modal pembangunan daerah, yakni: (1) Terumbu Karang Cincin (atoll reef), (2) Terumbu Karang Tepi (fringing reef), (3) Terumbu Karang Penghalang (barrier reef), (4) Gosong Karang (patch reef), (5) Bakau (mangrove), (6) Daerah pemijahan ikan (SPAGs), (7) Padang Lamun (Seagrass), (8) Daerah upwelling, (9) Tempat bertelur burung pantai, (10) Daerah terlihatnya paus dan lumba-lumba (cetacean), dan (11) Pantai Peneluran Penyu. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa terumbu karang menjadi bagian dari 11 sumber daya penting yang ada di Kabupaten Wakatobi (yaitu berjumlah 4 sumber daya yang merupakan bagian dari terumbu karang).
Demografi
Jumlah penduduk menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 87.793 jiwa yang terdiri dari laki-laki 42.620 jiwa dan perempuan 45.173 jiwa. Tiga tahun kemudian tahun 2003 diadakan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan yang disingkat P4B secara sensus, dengan hasil jumlah penduduk sebanyak 91.497 jiwa atau selama tiga tahun naik sejumlah 3.704 jiwa atau sekitar 1,41 persen per tahun. Jumlah penduduk berada di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, 23,37 % berada di Kecamatan Wangi-Wangi, 19,05 % berada di Kecamatan Kaledupa, 17,86 % berada di Kecamatan Tomia dan 15,01 berada di Kecamatan Binongko.
Jumlah penduduk bila dibandingkan dengan luas wilayah, maka kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kaledupa 166 jiwa/Km², menyusul Kecamatan Tomia 141 jiwa/Km², kemudian Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 109 jiwa/Km².Keadaan struktur penduduk pada tahun 2003, 34,55 % atau 31.610 jiwa adalah tergolong usia muda yang berusia 15 tahun kebawah,Rasio jenis kelamin di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2003 sebesar 96,12.
Terdapat 8 suku bangsa yang mendiami daerah Kabupaten Wakatobi, dengan data tahun 2000 sebanyak 87.793, suku bangsa yang terbanyak adalah Wakatobi 91,33 %, Bajau 7,92 %, dan suku lainnya jumlahnya dibawah 1 %.Potensi Dari seluruh lahan yang ada di Kabupaten Wakatobi, 37% digunakan untuk usaha pertanian yaitu untuk tegal/kebun, ladang/huma, tambak, kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan/hutan rakyat, dan perkebunan rakyat. Tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Wakatobi terdiri dari padi ladang, Jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Dari lima jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Wakatobi, tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang paling tinggi produksinya. Untuk Produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten ini terdiri dari alpokat, belimbing, duku/langsat, jambu biji, Jambu Air, Jeruk, Mangga, Nangka/Cempedak, Nenas, Pepaya, Pisang, Sirsak dan Sukun. Kabupaten ini juga banyak menghasilkan produk sayur-sayuran seperti terdiri dari bawang merah, kacang merah, kacang panjang, cabe/lombok, tomat, terung, ketimun, labu, kangkung, bayam dan semangka.
Di sektor perkebunan, komoditas unggulan dari kabupaten ini terdiri dari 12 jenis yaitu Aren/Enau, Asam Jawa, Cengkeh, Jambu Mete, Coklat/Kakao, Kapuk, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kemiri, Kopi, Lada dan Pala.
Sektor lain yang sudah lama menjadi urat nadi kegiatan ekonomi Wakatobi adalah perikanan. Di perairan wilayah ini hidup berbagai jenis ikan karang seperti botana, bendera, beberapa ikan hias, dan napoleon. Selain itu terdapat beberapa ikan ekonomis seperti cakalang, kerapu, sunu, cucut, tuna, dan kakap.
kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional yang dijadikan tempat peneliti untuk meneliti terumbu karang. Salah satunya adalah Yayasan Pengembangan Wallacea lewat Operasi Wallacea. Wakatobi memang mempunyai data tarik tersendiri. Kepulauan yang juga dikenal dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi ini mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba, dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami. Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam. Berdasarkan kajian ekologi The Nature Conservation (TNC) dan WWF Indonesia Marine Program (2003), perairan Wakatobi ditemukan 590 jenis ikan termasuk jenis ikan kerapu (Serranidae) didapatkan di perairan karang penghalang (barrier reef) di sebelah Barat Kepulauan Wakatobi. Beberapa kawasan terumbu karang di perairan tersebut adalah Karang Tomia, Karang Kaledupa dan Karang Kapota.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 2003 Kabupaten Wakatobi telah menjadi daerah otonom baru dengan kewenangan dan potensi pembangunan yang besar khususnya di bidang kelautan. Secara geografis, sebelum menjadi daerah otonom melalui SK Menhut No. 393/KPTS-VI/1996 Kabupaten Wakatobi telah ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional Laut Wakatobi dan merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia dengan potensi perikanan dan terumbu karang yang melimpah. Dengan luas areal perairan laut yang signifikan. Melalui visi pembangunan “Terciptanya Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segitiga Karang Dunia” maka Kabupaten Wakatobi secara sungguh-sungguh akan menempatkansektor kelautan dan perikanan sebagai sektor unggulan yang dapat menjadi penopang perekonomian daerah. Letak Geografis Kabupaten Wakatobi terletak di kepulauan Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi dan bila ditinjau dari peta Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 5.000 – 6.250 LS (sepanjang ± 160 km) dan membentang dari barat ke timur di antara 123.340 – 124.640 BT (sepanjang ± 120 km). Adapun batas-batas geografis Kabupaten Wakatobi secara lengkap adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara
• Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores, dan
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Buton
Luas Wilayah
Kabupaten Wakatobi merupakan daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Buton yang ditetapkan menjadi kabupaten otonom melalui UU No. 29 Tahun 2003 dengan ibukota di Kecamatan Wangi-Wangi. Pada waktu masih bergabung dengan Kabupaten Buton, wilayah ini ditetapkan sebagai Kawasan Taman Nasional melalui Surat Menteri Kehutanan Nomor 393/KPTS-VI/1996 dengan nama Taman Nasional Wakatobi (TNW). Seiring dengan tuntutan pelayanana publik, kepulauan ini kemudian menjadi daerah otonom dengan nama Kabupaten Wakatobi yang luas wilayahnya ± 55.954 km² (UU. No. 29 Tahun 2003). Nama Kabupaten Wakatobi sendiri diambil dari gabungan nama keempat pulau utama kepulauan tersebut yakni Pulau Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko. Kabupaten Wakatobi merupakan kabupaten kepulauan yang mana seluruh wilayah daratannya merupakan pulau-pulau kecil yang terdiri dari 48 buah pulau kecil dengan luas daratannya adalah ± 823 km², atau hanya sekitar 4,5 % dari total wilayah Kabupaten Wakatobi secara keseluruhan. Sisanya merupakan wilayah perairan laut yang luasnya mencapai ± 18.337 km².
Kondisi Topografis
Adapun asal muasal terbentuknya pulau-pulau yang ada di Kepulauan Wakatobi adalah terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan laut karena adanya gerakan ke atas (uplift) dan gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar laut akibat proses geologi (Anonim, 2007). Oleh karena itu mudah dipahami kenapa kondisi bentang alam daratan di Kabupaten Wakatobi bervariasi mulai dari dataran, bergelombang sampai wilayah perbukitan yang mana morfologi ini dapat pula kita saksikan pada terumbu karang yang masih berada di bawah permukaan laut. Asal muasal pulau-pulau di Kabupaten Wakatobi juga dapat ditelusuri pada jenis tanah yang ada di kepulauan ini. Jenis tanah yang ada di kepulauan ini terbatas pada tanah yang berasal dari batuan kapur, pasir putih dan tanah lempung. Oleh karena itu tanah di kepulauan ini kurang begitu subur untuk bercocok tanam berbagai jenis tanaman. Namun begitu, masih ada jenis tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat seperti kelapa, asam, jambu mente, ketela pohon/singkong dan jagung (Hidayat dkk, 2007). Bahkan ketela pohon dan jagung merupakan tanaman yang menjadi bahan makanan pokok penduduk di kepulauan ini. Adapun bentuk permukaan dasar perairan di Kepulauan Wakatobi sungguh sangat bervariasi. Pada beberapa wilayah, terdapat beberapa mikro atol dengan konfigurasi terumbu karang pada umumnya datar dan kadang-kadang muncul di permukaan dengan beberapa daerah mempunyai tubir-tubir karang yang curam/terjal (drop off). Adapun kedalaman perairannya bervariasi dengan bagian yang terdalam (1.004 m) berada di sebelah barat dan timur Pulau Kaledupa. Sementara itu dasar perairan umumnya adalah berpasir, lumpur dan berkarang (Anonim, 2007). Rata-rata SPL pada musim barat di perairan Kabupaten Wakatobi 27,5⁰C dengan konsentrasi klorofil-a 1,35 mg/m3 . Rata-rata SPL pada musim peralihan barat- timur 26,7⁰C dengan konsentrasi klorofil 0,78 mg/m3. Pada musim timur rata-rata SPL 26,03⁰C dengan konsentrasi klorofil-a 1,64 mg/m3 . musim peralihan timur-barat rata-rata SPL 27,6 ⁰C dengan konsentrasi klorofil-a berkisar 1,68 mg/m3.
Sumberdaya Laut (Perikanan dan Kelautan)
Berdasarkan data yang bersumber dari BPS Kabupaten Wakatobi (2009) menunjukan bahwa produksi hasil laut menurut jenisnya per kecamatan belum menunjukan rincian yang jelas terhadap komoditi setiap jenisnya. Kecamatan Binongko memberikan kontribusi besar terhadap produksi perikanan laut di Kabupaten Wakatobi yang mencapai 983,2 ton kemudian Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 631,9 ton pada tahun 2008. Secara keseluruhan produksi perikanan laut Kabupaten Wakatobi di tahun 2008 mencapai 3.985,7 ton. Kondisi ini memperlihatkan penurunan yang cukup signifikan dengan produksi di tahun 2007 yang mencapai 14.849,77 ton. Namun jelas produksi di tahun 2008 tersebut belum ada data yang tersedia khusus untuk perikanan budidaya.
Produksi Hasil Laut Menurut Jenisnya Setiap Bulan 2007
Produksi Hasil Laut Menurut Jenisnya Per Kecamatan, 2007 (Ton)
Produksi Hasil Laut di Kabupaten Wakatobi Tahun 2005 Produksi (kg)
Ditribusi Penduduk Sampel menurut Jenis Pekerjaan Utama Tahun 2008 (T1) dan Tahun 2009 (T2)
Jumlah Alat Penangkap Ikan Menurut Jenisnya Per Kecamatan 2005 dan 2008 (Unit)
Pada saat ini, zonasi Taman Nasional Kepulauan Wakatobi terbagi menjadi 5 zona, yaitu :
• Zona Inti : Pulau Aname, Pulau Kantole, Pulau Runduma, Pulau Cowo-cowo dan Pulau Moromaho.
• Zona Pelindung : Pulau Ndaa, Karang Koromaho, Karang Koko.
• Zona Pemanfaatan : Pulau Hoga, Pulau Tomia, Pulau Tolandono, Pulau Tokobao dan Pulau Lintea.
• Zona Pemanfaatan Tradisional : Pulau Kambodi, Pulau Timau, Pulau Kompo Nuone, Pulau Kaledupa, Pulau Binongko dan Pulau Wangi-wangi.
• Zona Rehabilitasi : Karang Kaledupa dan Karang Kapota.
Produksi Hasil Laut Menurut Jenisnya Per Kecamatan, 2007 (Ton)
Produksi Hasil Laut di Kabupaten Wakatobi Tahun 2005 Produksi (kg)
Ditribusi Penduduk Sampel menurut Jenis Pekerjaan Utama Tahun 2008 (T1) dan Tahun 2009 (T2)
Jumlah Alat Penangkap Ikan Menurut Jenisnya Per Kecamatan 2005 dan 2008 (Unit)
Pada saat ini, zonasi Taman Nasional Kepulauan Wakatobi terbagi menjadi 5 zona, yaitu :
• Zona Inti : Pulau Aname, Pulau Kantole, Pulau Runduma, Pulau Cowo-cowo dan Pulau Moromaho.
• Zona Pelindung : Pulau Ndaa, Karang Koromaho, Karang Koko.
• Zona Pemanfaatan : Pulau Hoga, Pulau Tomia, Pulau Tolandono, Pulau Tokobao dan Pulau Lintea.
• Zona Pemanfaatan Tradisional : Pulau Kambodi, Pulau Timau, Pulau Kompo Nuone, Pulau Kaledupa, Pulau Binongko dan Pulau Wangi-wangi.
• Zona Rehabilitasi : Karang Kaledupa dan Karang Kapota.
Sumber:
*Alamsyah, ahmad saiful, La Sara, dan Ahmad Mustafa. 2013. Studi Biologi Reproduksi Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus areolatus) Pada Musim Tangkap . Vol. 01 No. 01 (73 – 83).
*Kesehatan Karang 2009 - Bme Ekologi Di Kab. Wakatobi. Http//Www.Sipt\Coremap.Com
Tangka, ana.2009. Kabupaten. Http//www.SIPT\KABUPATEN WAKATOBI wakatobi my country.com
*Laporan akhir Pemantauan Kondisi Sosial Ekonomi. Unit Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang Pmu - Coremap II Kabupaten Wakatobi Tahun 2009. Pelaksana Teknis Cv.Mart Consultant
*Tadjuddah Nuslim. 2005. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang ( Ktsuwonus pelamis) dan *Madidihang (Thunus albacares) dengan Menggunakan Data Satelit di Perairan Kabupaten Wakatobu Sulawesi Tenggara
*Kesehatan Karang 2009 - Bme Ekologi Di Kab. Wakatobi. Http//Www.Sipt\Coremap.Com Tangka, ana.2009. Kabupaten. Http//www.SIPT\KABUPATEN WAKATOBI wakatobi my country.com
*Alamsyah, ahmad saiful, La Sara, dan Ahmad Mustafa. 2013. Studi Biologi Reproduksi Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus areolatus) Pada Musim Tangkap . Vol. 01 No. 01 (73 – 83).
*Kesehatan Karang 2009 - Bme Ekologi Di Kab. Wakatobi. Http//Www.Sipt\Coremap.Com
Tangka, ana.2009. Kabupaten. Http//www.SIPT\KABUPATEN WAKATOBI wakatobi my country.com
*Laporan akhir Pemantauan Kondisi Sosial Ekonomi. Unit Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang Pmu - Coremap II Kabupaten Wakatobi Tahun 2009. Pelaksana Teknis Cv.Mart Consultant
*Tadjuddah Nuslim. 2005. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang ( Ktsuwonus pelamis) dan *Madidihang (Thunus albacares) dengan Menggunakan Data Satelit di Perairan Kabupaten Wakatobu Sulawesi Tenggara
*Kesehatan Karang 2009 - Bme Ekologi Di Kab. Wakatobi. Http//Www.Sipt\Coremap.Com Tangka, ana.2009. Kabupaten. Http//www.SIPT\KABUPATEN WAKATOBI wakatobi my country.com